Jumat, 12 Desember 2008

pijatan-pijatan yang kuat dari dinding vaginanya terhadap penis gue

Sewaktu gue sedang asik-asiknya ngelamunin tentang tugas gue yang pertama ini
setelah gue dapat promosi sebagai Direktur Niaga disebuah perusahaan yang
bergerak dibidang kepelabuhanan untuk bernegosiasi dengan PSA soal pengaturan
jalur container Singapore-Jakarta, tiba- tiba ada tangan nyolek punggung gue dan
suara yang mengagetkan gue....., tapi setelah gue berpikir sebentar koq rasa-
rasanya gue kenal suara itu......, pas gue lihat siapa si pemilik tangan dan
suara itu......, gue kaget setengah mati....., mungkin hampir mati.., soalnya
gue langsung ngebayangin kejadian sekitar 2 1/2 tahun yang lalu, waktu kantor
gue masih di Wisma Nusantara di lantai sembilan, gue pernah naksir berat bahkan
mungkin lebih dari naksir berat sama cewek item manis, agak kurus, punya bibir
dan senyum yang sensual banget serta punya nama mirip dengan bini gue (sekarang
udah ex).....Renata..............!!!!!!!!!
Gilee......, terakhir gue ketemu sama dia waktu dia pulang di bulan Desember
karena kakaknya kawin, dan itupun hanya satu kali aja. Soalnya sejak dia balik
lagi ke Amrik sono, gue udah jarang banget kontak dia, sampai dengan my divorce
and up til now..she showed up in front of me wearing a white tight t-shirt and a
tight faded- blue jeans pants (I always think that this kind of outfit is her
favourite one...)"Hey, Agus...apa khabar....??"tanya dia sambil memamerkan
giginya yang berjajar rapi."Eh,...uh....baik..."jawaba gue datar meskipun sambil
tersenyum, soalnya gue kaget bercampur excited ketemu dia sekarang ini."Lagi
ngapain di sini...?" lanjut gue sambil berusaha untuk menenangkan hati gue yang
nggak karuan ini ketemu my dream girl (maklum udah lama jadi "duren" alias duda
keren, he...he..!) "Gue lagi liburan aja sendirian, soalnya abis lulus waktu itu
gue belum sempat liburan dan abis dari sini gue musti balik ke Jakarta untuk
kerja, jadinya....ya gue pake kesempatan ini utk jalan-jalan sendiri....., kan
elu tau gue, Gus...." Rena nyerocos kaya senapan M 16 ngejawab pertanyaan
gue."Elu sendiri ngapain kesini....?" tanyanya yang terus gue jawab apa adanya.
Setelah saling cerita tujuan masing- masing ke Singapore ini dan sekaligus
membawa tas masing-masing dari bagage claim Changi Airport itu, terus pas sampai
di depan airport sambil ngantri nunggu taxi gue iseng nanya "Ren, nginep dimana
lu...?" Terus dia cuma senyum sambil jawab "Kenapa emangnya....?"."Nggak, kalau
elu nggak ada tempat nginep, elu ke kamar gue aja, kebetulan kantor udah
ngebokingin kamar Suite Room di Marriot Hotel..."gue berusaha untuk menawarkan
sambil basa- basi sedikit. Terus dia cuma ketawa lepas dan renyah seolah-olah
tanpa beban menjawab "Yang pastinya sih gue udah boking kamar juga....,
cuma......" kalimatnya berhenti sambil matanya berusaha membuat gue yang nerusin
kalimatnya. Melihat gelagat seperti ini gue langsung tanggap "Udah deh sama gue
aja, lagi pula elu belum bayar apa-apa kan dengan hotel pesanan elu itu.....,
lagi pula,....eh.....kita dulu pernah ingin buka kamar di Jakarta cuma belum
pernah kesampaian,...jadinya ya sekarang aja..., ya....."ajak gue dengan penuh
antusias. Body language gue dengan jelas nunjukin banget bahwa gue ingin banget
bareng ama dia. Langsung dia jawab "OK...."
Setelah dapat taxi, selama dalam perjalanan menuju hotel, gue sama Rena banyak
tukar cerita sampai nggak terasa kalau sudah sampai di Marriot Hotel di
persimpangan Orchard Road dengan Scotts Road itu. Setelah gue chek in bareng
sama Rena dan sampai di kamar 503 gue lihat jam gue nunjukin waktu hampir jam 6
sore waktu Singapore, gue langsung bilang sama dia "Ren, gue mandi dulu, ya....
abis gue, ..elu mandi terus kita jalan- jalan sekalian
diner...OK...?"."Siiipp...lah...!"jawabny a sambil mengambil posisi tengkurap di
tempat tidur sambil menonton tivi.
Waktu di Singapore sudah hampir jam 9 malam pada saat gue berdua Rena sepakat
untuk balik ke hotel karena sama-sama capek setelah makan malam dan jalan-jalan
disepanjang Orchard Road sambil ngobrolin segala macam topik, mulai dari yang
serius sampai dengan hal-hal yang "garing" (istilahnya dia untuk bilang sesuatu
yang aneh tapi lumayan lucu) dan memutuskan untuk nongkrong di cafe atau disco
besok malam setelah gue selesai meeting hari pertama besok.
Begitu sampai di kamar gue udah terlalu capek untuk ganti baju dikamar mandi,
akhirnya gue bilang "Ren, sorry gue males ke kamar mandi untuk ganti baju,
jadinya gue ganti baju disini aja ya...." dan tanpa gue tunggu jawabannya gue
langsung buka kaos dan celana jeans gue untuk ganti dengan kaos khusus untuk
tidur dan celana pendek (cuma berhubung ada Rena di situ gue nggak buka CD alias
celana dalam.....). Sementara itu, begitu dia tau gue ganti baju di depan mata
dia, dia cuma tersenyum sambil bilang "Siapa takut...." tapi sambil berusaha
untuk tidak melihat secara langsung kearah tonjolan di daerah selangkangan gue.
Gue cuma berpikir satu hal, yaitu kayaknya dia kagum ama junior gue itu cuma
masih malu untuk bilangnya ke gue. Untuk hal yang satu ini gue emang nggak perlu
GR karena sudah terbukti, lho..... bahwa cewek yang udah pernah tidur sama gue
pasti kagum dan puas dengan servis gue meskipun punya gue ini bisa dikategorikan
rata-rata cowok Indonesia tapi yang penting adalah bagaimana cara
menggunakannya, if you know what I mean....!!!!
Setelah gue ganti kaos dan celana pendek, gue langsung rebahan di tempat tidur
berukuran King size itu sambil nonton tivi yang kemudian disusul oleh Rena
sambil bilang "Elu nggak akan jahat kan sama gue....??"."Jahat maksud elu yang
kayak apa...?" gue mencoba untuk mancing pembicaraan dia tapi kayaknya dia ini
cukup misterius juga untuk masalah perasaan dia thd gue. Karena terus terang gue
sampai saat ini selalu ragu-ragu untuk menebak perasaan dia terhadap gue, dalam
artian dia itu suka juga ama gue atau hanya sekedar berteman........
Akhirnya setelah agak bosan dengan acara tivi, tiba-tiba dia bilang "gue boleh
ganti baju didepan elu nggak.....?" tanyanya dengan suara setengah berbisik. Gue
agak kaget dengar dia tanya seperti itu, meskipun berusaha gue untuk cuek dan
seolah terbiasa dengan one-night stand affair, gue menjawab "Siapa takut...."
sebagaimana komentar dia waktu gue ganti baju tadi..dan Rena langsung berdiri
dipinggir tempat tidur sambil buka baju membelakangi gue, terus dia sambil
ketawa tersipu bilang "eh,...baju tidur gue belum diambil dari koper..." sambil
berlari kecil menuju kopernya untuk mengambil baju tidurnya itu. Nah,... sewaktu
dia lari itu gue sempat lihat bodynya yang kurus (dan rasanya lebih kurus dari
waktu dia masih di Jakarta dulu) tapi tonjolan dibalik BHnya itu yang bikin mata
gue kagak bisa berkedip....!!! Her breast ini bisa dibilang cukup average untuk
ukuran cewek Indonesia, tapi dari getarannya waktu dia lari itu bisa dibilang
nyaris tak bergetar. Gue langsung ngebayangin that those breasts are quite firm
dan gue nggak bisa ngebayangin gimana rasanya tangan gue yang meremas dua bukit
yang kencang itu sambil gue mainin putingnya......wow....that should feels
wonderful....!
"Agus..., koq punya elu itu jendolannya jadi gede banget....?" tanyanya sambil
bola matanya menunjuk kearah penis gue sekaligus membuyarkan lamunan gue tentang
gunung nona Rena itu. Gue malu buuaaangeeettt waktu dia tunjukin bahwa penis gue
udah membengkak dan keras dan itu terlihat meskipun gue pake CD dan celana
pendek......semua itu gara-gara lamunan gue tadi nih.....sampai-sampai gue nggak
sadar kalau dia udah selesai gnati baju dengan big t-shirt sampai dengan pahanya
dan tidak memakai celana pendek atau celana panjang lagi, tapi dalam keadaan
seperti itu, gue masih sempat ngeles "iya nih, gue nggak kuat ngeliat a sensual
and sexy girl liwat didepan mata gue half naked......" gue berusaha untuk jujur.
Kemudian Rena bergeser mendekati tempat gue rebah sambil bilang "gue suka gaya
elu yang hampir selalu straight to the point..., makanya gue juga mau straight
to the point sama elu....". Lalu dia mendekatkan mukanya ke muka gue dengan
maksud untuk mencium gue dan tanpa pikir panjang lagi langsung gue sambut ciuman
dari bibir yang sensual itu dengan kecupan demi kecupan dan langsung menjadi
french kissing seolah-olah melampiaskan rindu kita berdua yang selama ini
tertahan. Yang jelas selama ini gue selalu mengharapkan kejadian seperti malam
ini bisa berlangsung tanpa harus punya perasaan segan karena status gue yang
berbeda dengan statusnya dia dan gue rasa dia juga punya perasaan yang sama.
Sambil menciumi hampir seluruh mukanya, tangan gue mulai bergerak menuju
ketempat-tempat sensitifnya, seperti payudaranya yang sungguh diluar dugaan gue
bahwa itu merupakan daerah yang paling sensitif buat dia. "Oooohhh....." erangan
halus yang terdengar dari mulutnya menandakan dia menikmati remasan tangan gue
di payudara kanannya. Sementara itu, tangan kirinya berusaha untuk membuka
kancing dan resleting celana pendek gue dan pada saat yang bersamaan, tangan
kiri gue menyelusup masuk ke dalam kaos tidurnya Rena untuk mencari puting
payudara kirinya. "Aaaaaahhhhh......Agus nakal banget sih....."katanya sambil
matanya hanya terlihat putihnya saja begitu tangan kiri gue berhasil memainkan
puting susu kirinya. "Oohhh...Ren...gue suka banget....sshhhh....aaahhh..."
begitu tanganya berhasil juga menyusup ke dalam CD gue dan langsung memegang
batang penis gue sambil diusap-usap secara perlahan.
Sambil mengusap-usap penis gue, dengan setengah berbisik "Gue isep ya,...boleh
nggak....?" sambil melirik ke arah penis gue. Tentunya dengan senagn hati gue
terima tawarannya itu yang terus terang bikin darah diseluruh badan gue mengalir
dengan cepat sekali. Gue bantu dia untuk melepas CD gue dan setelah itu, gantian
gue yang bantu dia untuk buka kaosnya... dan......, wooops......langsung gue
melotot melihat payudaranya yang kencang dan menantang itu. Merasa cara gue
melihat badannya dengan cara seperti itu, dia langsung berusaha menutup dadanya
sambil berkata tersipu "..Eh...,..apaan sih elu ngeliatnya kayak gitu..."."
Sorry, I just love the view..." jawab gue sambil mencium bibirnya dan tangan gue
juga langsung meraba payudaranya dan disambut dengan desahan nikmat yang keluar
dari mulutnya...
Tiba-tiba dia melepas ciuman gue dan mengarahkan mukanya langsung ke penis gue
sambil dipegang batangnya dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya
mencoba untuk menjangkau bola-bola gue dan sekaligus meremasnya dengan lembut.
Seeerrrrrrr..., perasaan gue mendadak terbang begitu kepala penis gue
bersentuhan dengan bibir sensual itu dan masuk kedalam
mulutnya."Ooohhhhh....."hanya itu yang bisa keluar dari mulut gue sambil gue
merebahkan diri gue dan membiarkan kaki kanannya melewati diatas kepala gue,
sehingga dihadapan gue terpampang spot basah di CD mini hitamnya yang gue yakin
itu berasal dari vaginanya. Tanpa ragu gue singkap CDnya sehingga gue bisa
melihat dengan jelas bibir dan lubang vaginanya yang berwarna merah kecoklatan
dan terlihat sudah basah itu. Setelah itu gue buka kedua bibir vaginanya dengan
kedua jempol gue sehingga dengan jelas clitorisnya (meskipun sudah disunat) dan
langsung gue jilat mulai dari clitorisnya sampai lobang vaginanya seperti gue
menyapu daerah itu dengan lidah gue, sementara penis gue udah berdiri tegak
dikuasai sepenuhnya oleh Rena. Yang jelas gue cuma ngerasa bibirnya naik turun
menjelajahi batang penis gue, sementara lidahnya menjilati lubang penis gue
sewaktu bibirnya menjempit kepala penis gue.
Pikiran gue saat itu adalah kalau dia bisa servis gue dengan hebatnya, gue nggak
boleh kalah ngasih servis yang sama hebatnya. Gue jilatin vagina Rena sambil gue
isep clitorisnya dan setiap gue isep gue bisa ngerasain seluruh badannya
bergetar seperti orang kesetrum. Kurang lebih lima menit kita dalam posisi 69
gue ngerasa badan dia bergetar lebih keras dan dia mengehentikan gerakan
bibirnya yang naik turun di penis gue pertanda dia akan mencapai klimaks.
Langsung gue jilatin clitorisnya dengan lebih cepat sambil sesekali gue isap.
"Mmmmmmmmbbbbbhhhhh......." suaranya seperti itu karena dia nggak mau lepas
penis gue dari mulutnya berbarengan dengan getaran seluruh badannya dengan lebih
keras. Gue ambil inisiatif dengan langsung mengisap clitorisnya kuat-kuat sampai
pipi gue kempot. Mulut gue yang dari sejak mulai menjilati vaginanya itu sudah
basah oleh cairan dari kemaluannya bertambah basah dengan klimaksnya Rena. Gue
bisa ngerasain cairannya yang manis asin itu dilidah gue dan terus terang gue
suka banget dengan rasanya itu...
Untuk beberapa detik, badannya masih bergetar hebat namun mulai melemah sewaktu
dia melanjutkan menaik-turunkan bibirnya di batang penis gue, sementara gue
menjilati seluruh cairan vaginanya sampai bersih. Tiba-tiba dia mengangkat
pantat dan memutar seluruh badannya kearah diantara kaki gue, sehingga dengan
jelas gue bisa melihat kepalanya naik turun diatas penis gue sambil sesekali gue
lihat dia menjilati kepala penis gue sambil melihat ke muka gue seolah ingin
tahu ekspresi muka gue sewaktu dia jilati kepala penis gue itu. Tangannyapun
ikut mengocok batang penis gue sehingga hal ini mempercepat gue mencapai
klimaks. Satu menit berlalu dan gue udah nggak kuat untuk membendung cairan yang
akan segera muntah dari lubang penis gue."Aaaahhhhhhhh......Rena..sebentar lagi
gue mau keluar...ssshhhhhh". Mendengar itu dia langsung mempercepat gerakan
mulut dan tangannya sambil tangan yang satunya tetap meremas lembut bola- bola
gue."Ooohh...Rena..gue mau keluar sekarang......aaaaaaahhhhhhhhhhh....!!!!! "
teriak gue dan ccrrrooooottt....ccrrrooottttt, air mani gue menyemprot keluar
dengan deras didalam mulutnya Rena yang tanpa rasa jijik ditelan semuanya. Badan
gue bergetar hebat berbarengan dengan Rena yang masih terus menyedot-nyedot
penis gue seolah ingin menghabiskan seluruh air mani gue dan tidak rela ada yang
menetes keluar dari mulutnya.
Gue liat gerakan kecil di lehernya pertanda dia betul-betul menelan seluruh air
mani gue tanpa menyisakan sedikitpun di penis gue. Setelah itu dia jilatin
kepala penis gue sepertinya masih ada air mani yang tersisa untuk dia.
Wooowww.....gile bener ni cewek, baru kali ini gue ketemu cewek Indonesia yang
suka air mani, karena selama ini gue pikir cewek Indonesia paling jijik dengan
hal-hal seperti itu. Setelah dia yakin bahwa tidak ada lagi yang tersisa maka
dia baru menjauhkan mukanya dari penis gue yang mulai melemah. Langsung gue
tarik kedua tangannya ke arah gue dengan tujuan biar bisa gue peluk.
Sekarang badan dia seluruhnya menindih badan gue sambil gue ciumin bibirnya
sebagai tanda rasa terima kasih gue sama dia. Setelah itu, dia menggulirkan
badannya ke sebelah kiri gue sambil bilang "Suka nggak....?"."Gue nggak tau
musti bilang apa, Ren..... yang jelas gue nggak pernah ngerasain klimaks seperti
barusan..."jawab gue sambil masih terengah-engah."Elu sendiri suka nggak,
tadi....?" tanya gue ingin tau perasaan dia, sambil tersenyum (gue juga suka
banget sama senyumnya itu) dia jawab "Sama, Gus... gue juga belum pernah
ngerasain klimaks seperti tadi......"
Setelah posisi 69 itu, gue sama dia sama- sama rebahan di balik selimut sambil
nonton tivi. Rena hanya masih pake CDnya dan gue cuma pake t-shirt doang karena
udah males utk ngambil pakaian kita yang berserakan di samping tempat tidur itu.
Komunikasi diantara kita secara verbal memang nggak ada, tapi yang jelas sejak
kita selesai ber69 itu, gue langsung pegang tangannya seolah-olah gue nggak mau
jauh dari dia. Shit...what the hell am I thinking of ? pikir gue, belum apa- apa
gue udah kayak orang lagi kasmaran. Kenapa gue jadi kayak begini, masa selama
ini gue bisa bertahan untuk jaga betul hubungan dan perasaan gue dengan cewek-
cewek yang pernah gue ajak kencan, kenapa dengan yang satu ini koq jadinya kayak
gini.....??? Ah, mungkin ini karena dari dulu setiap gue jalan sama dia ke kafe-
kafe (terutama Hard Rock) gue lebih banyak pasif dan menunggu, sehingga
keinginan gue ini kayak terpendam begitu aja dan baru terlampiaskan malam ini.
Well..., we'll see....!!!
"Rena,....can I ask you a question..?" tanya gue dengan agak berhati-hati, terus
dia hanya melirik ke gue sambil tersenyum dan dengan tangannya dia membelai muka
dan rambut gue dengan halus dan kasih sayang "Elu mau nanya apa..,Gus..?". "Gue
mau ceritain perasaan gue selama ini terhadap elu tapi nggak tau gue harus mulai
dari mana....., dan gue paling nggak bisa bilang basa-basi ama elu,
jadi............eh...........would you like to make love with me.....?" ups...
akhirnya keluar juga omongan gue itu...., padahal dari dulu gue udah berusaha
untuk nggak ngomongin hal itu ke dia, tapi sekarang ini kayaknya udah terlambat
untuk disesali jadi, ya what the heck lah......!! Gue lihat ekspresi muka dia
sempat berubah tapi terus kembali biasa lagi "Gue mau aja make love sama elu,
tapi sebelum itu gue pengen nanya apa elu udah tau gue dalam artian tau gue
bener- bener...??". Gile, what a tough question, gue berpikir sebentar, lalu
"Emmm..... mungkin tau yang sebenar-benarnya enggak.., tapi sekarang ini
kesempatan gue untuk tau lebih banyak tentang elu kayaknya lebih besar
deh...dibandingin dulu..". Fiuuhhh...kayaknya jawaban gue cukup logis dan
mudah-mudahan bisa diterima. "Sama satu hal yang dari dulu sebenarnya ingin
banget gue tanya ke elu,...eh...gimana sih sebenarnya perasaan elu sama gue,
maksud gue elu itu sebenarnya suka juga nggak sama gue dalam artian ingin yang
lebih serius atau hanya sekedar teman jalan aja sih.....?" tanya gue mumpung
momentnya tepat. "Gue nggak tau elu perlu jawaban gue apa enggak......" katanya
berhenti sampai disitu karena dia udah langsung narik leher belakang gue ke
arahnya untuk mencium gue. Gile ini cewek bener-bener nggak bisa ketebak jalan
pikirannya, tapi gue udah nggak bisa mikir lebih jauh lagi soalnya konsentrasi
gue langsung buyar begitu ngerasain lidah gue disedot kencang banget sama Rena.
Pikir gue dalam hati "She's really a good french kisser..". Sementara itu
sekarang ini separo dari badan gue menindih badan dia sambil tangan gue
meremas-remas payudaranya yang imut-imut itu. Setelah puas gue cium bibirnya,
pelan-pelan gue mulai menciumi pipinya, kemudian lehernya, bahunya dan sampai di
payudaranya kanannya, gue ciumin mulai dari atas bergeser pelan-pelan sambil gue
julur lidah gue sehingga ujung lidah gue bersentuhan dengan kulitnya sementara
tangan gue menyempatkan untuk membuka CD mini hitamnya dan menariknya sampai ke
lutut Rena.
Begitu ujung lidah gue bersentuhan dengan puting mungil dan menonjol itu
terdengar suara desahan dari si pemilik puting itu "Heeehhhhhhh......Agus....gue
suka banget......." katanya sambil berusaha meremas rambut gue tapi nggak bisa
soalnya rambut gue cepak gaya ABRI. Akhirnya dia cuma bisa membantu membenamkan
kepala gue ke payudaranya itu, sementara tangan kanan gue sedang asik bermain
dengan puting susu kirinya yang juga mungil dan sudah menonjol itu. Posisi kaki
kanan gue sekarang sudah berada diatas paha dan perut bagian bawahnya. Terasa
oleh gue bulu-bulu halus dan rapih serta tidak terlalu lebat di bagian bawah
perutnya. Gue isep putingnya sambil sesekali gue jilatin. Lalu tangan kanan gue
yang semula bermain dengan puting kirinya sekarang berpindah mengusap perutnya
perlahan dan turun ke rambut-rambut halus diatas vaginanya itu gue mainin
sedikit dengan mengusapnya. Terus perlahan jari gue gue turunin ke arah
vaginanya dan berusaha menemukan clitorisnya. Begitu gue menemukan apa yang gue
cari, maka jari-jari gue mulai main dengan clitoris dan lubang vagina yang
memang sudah mulai basah. Semua yang gue kerjain ini berdampak bagi Rena
mengalami kenikmatan yang tinggi. Hal ini terbukti dari goyangan maupun gerakan
serta getaran yang yang ditunjukkan oleh badan Rena yang tight and firm itu
mulai meningkat.
Gue betul-betul kagum sama bodynya dia, meskipun jarang berolahraga (menurut
pengakuannya) badan dia mulai dari tangan, punggung, perut, dada, paha dan betis
kelihatan kencang dan tanpa lipatan-lipatan lemak. Padahal yang gue tau makannya
sih normal-normal aja tuh, tapi emang itu namanya body memang oke punya....
Sementara gue sibuk dengan aktifitas diseputar payudara dan vaginanya, tangan
dia mulai meraih penis gue yang memang masih dalam kondisi lemas. "Agus, buka
kaos elu, ya......." katanya sekaligus membantu gue untuk buka kaos gue. Setelah
kaos gue lempar entah kemana, gue lanjutin dengan menciumi perutnya yang rata
itu. Rena menyambutnya dengan mengusap-ngusap kepala gue tanda benar- benar
menikmati apa yang gue kerjain ke dia sementara tangan satunya tetap pegang
penis gue dan pelan-pelan mengocoknya. Perjalanan gue terusin dengan pelan-pelan
gue geser muka gue ke arah persis didepan mulut vaginanya dan badan gue pun gue
geser kearah diantara kedua kaki Rena, hal ini mau enggak mau dia harus melepas
penis gue. Kepalanya diangkat sedikit agar bisa melihat muka gue yang sedang
sibuk mengagumi vaginanya itu. Gue angkat sedikit pantatnya biar vaginannya
lebih gampang terjangkau oleh lidah gue yang sekarang ini sedang menjilati
clitoris Rena. Setiap ujung lidah gue menyentuh clitorisnya itu, setiap saat itu
pula gue ngeliat kepalanya digoyang kekiri dan kekanan sementara kedua tangannya
berusaha untuk menjangkau dan memegang tangan gue seolah dia butuh sesuatu untuk
dia remas. Begitu tangannya berhasil memegang tangan gue, langsung dia pegang
tangan gue begitu erat. Pegangannya bertambah erat kalau pas lidah gue sedang
"menampar" clitorisnya itu berulang-ulang dengan ujung lidah gue.
"Ooohhhhh...ssshhhhhhttsss.....oh..yaaa.. ..teruuusssss....!!!" hanya
suara-suara kenikmatan itu aja yang gue denger dari mulutnya. Gue masih terus
menjilati clitorisnya dan kadang-kadang lidah gue menjelajah turun sampai ke
lubang vaginanya yang kadang-kadang gue coba penetrasi ke dalam lubang itu
dengan lidah gue. Gue nggak tau apakah memang vaginanya itu tidak memiliki aroma
khasnya atau memang gue udah terlalu nafsu, sehingga indra penciuman gue agak
rusak, soalnya sewaktu idung gue persis didepan lubang kewanitaannya itu, gue
sama sekali enggak mencium apa-apa.
"Aaahhhhh.....Aguusssss.......gue ssukkaaa bangeeett....!!"desahannya buat gue
semakin bertambah nafsu untuk lebih memfokuskan lidah gue ke clitorisnya,
sementara itu kepalanya masih tetap digoyang kekanan dan kekiri, meskipun
kadang-kadang dia mengangkat kepalanya untuk melihat "keadaan" gue. Selagi
asiknya menyapu daerah kewanitaannya itu, tiba-tiba gue ingin bikin dia terkejut
dengan menarik mulut gue menjauhi vaginanya dan sekaligus berhenti menjilati
clitorisnya. "Eh.....??" begitu katanya sambil mengangkat kepalanya dan melihat
ekspresi muka gue seolah ingin tahu alasan gue untuk memberhentikan kegiatan gue
yang betul-betul dia nikmati. Gue bisa melihat itu dari eskpresi mukannya yang
sedang keheranan. Tapi keheranannya itu tidak berlangsung lama karena gue
langsung tarik kedua tangannya untuk mengajak dia bangun dan turun dari tempat
tidur dan sambil gue pegang tangannya gue tuntun dia menuju sofa (two-seater)
yang kebetulan posisinya dekat sekali dengan jendela. Gue tuntun dia untuk duduk
dengan posisi pantatnya berada dipinggir sofa. "Elu merasa comfortable,
nggak...." tanya gue memastikan bahwa posisinya itu enak buat dia. Jawaban yang
gue dapat hanya anggukan kecil kepalanya dan senyum yang nggak pernah bosen gue
lihat. Terus gue angkat kedua pahanya tinggi supaya posisi vaginanya pas di
depan gue. Gue mengambil posisi duduk dibawah dengan kedua kaki gue berada
dibawah pantat gue, langsung gue garap kembali proyek yang tadi sempat gue
hentikan.
"Elu pengen sambil gue isep nggak, Gus...??" tanyanya diantara desahan nafasnya
yang seolah-olah habis lari marathon Bogor-Jakarta. Gue nggak perlu menjawab
pertanyaan itu karena gue cukup mengelengkan kepala gue sementara lidah gue
menyentuh clitorisnya seiring dengan gelengan kepala gue itu tadi, sehingga gue
bisa lihat kepalanya kembali dia sandarkan kembali ke sandaran sofa empuk itu.
"Aaaahhhhh....gile..lu...., ooohhh..yaaa.....hhhssssttssss.." kembali hanya
desah kenikmatannya itu aja yang gue dengar kurang lebih selama lima menit
sampai dia bilang lagi "Oooohhhhh....Agguusss....aaooooouuuuwww.
..iya..iya...iya..." sambil ikut menggoyangkan pinggul dan pantatnya yang
semakin cepat dan semakin cepat sampai tiba-tiba tangan gue di remas kuat sekali
dibarengi dengan getaran tubuhnya yang menggila
"...Aaaahhhhhh....yes...yesss...sssssshhh hhh" teriaknya pertanda dia sedang
mencapai puncak kenikmatannya. Setelah seluruh badannya melemah kembali, dia
langsung bangun dari posisi setengah tidur itu dan langsung berusaha untuk
berdiri (meskipun dengan agak sedikit terhuyung-huyung...). "Haahh...gile lu,
gue malam ini sampai dua kali orgasme, ....sampai-sampai rasanya peredaran darah
gue terlalu cepet beredarnya...ha..ha...!!!!" katanya diiringi dengan tertawa
renyah sambil tetap berpegangan dengan tangan gue.
Lalu dia menuntun gue untuk duduk di sofa itu dengan dia berada diantara kedua
kaki gue dengan posisi duduk. Sewaktu tangannya memegang penis gue yang masih
tegak (apalagi sekarang tegak keatas...) dia agak heran dan bertanya "Lho koq
masih keras aja sih, padahal kan belum diapa-apain...??" sambil melirik dan
tersenyum menggoda. Lalu pelan-pelan dia kocok batang penis gue sambil dilihat-
lihat seperti anak kecil yang sedang mengagumi mainan barunya. "Koq ngeliatnya
kayak begitu amat sih....?" tanya gue penasaran. "Enggak cuma suka aja ngeliat
punya elu...., gemes gue ngeliatnya....." katanya sambil membuka mulutnya dan
langsung melahap penis gue yang memang udah keras sejak tadi. "Oooohhhh......"
gile bener rasanya waktu penis gue masuk kedalam mulutnya sambil tangan gue
memegangi rambutnya supaya tidak menghalangi pemandangan gue sewaktu dia ngisep
penis gue. Kayaknya dia tau persis bahwa my favorite sex activity adalah a girl
giving me a blow job....!!!!!! Buktinya setiap kali bibirnya bergerak naik gue
bisa lihat pipinya sampai kempot dan sedotannya betul-betul bisa mempercepat air
mani gue untuk keluar. Padahal biasanya untuk setiap ronde kedua gue lebih kuat
dan lama dibandingkan ronde pertamanya. Akhirnya daripada gue kebobolan duluan
lebih baik gue langsung bilang ke dia "Ren,...gue udah nggak tahan nih...eh,
boleh gue masukin nggak....???". Lalu dia menarik mulutnya dari penis gue dan
bilang "Iya, nih....gue juga udah nggak tahan,...I want something hard inside
me......". Begitu mendengar dia bilang seperti itu, langsung penis gue
berdenyut-denyut seiring dengan detak jantung gue yang sekarang ini hitungannya
sudah seperti habis lari marathon 10 km.
Gue langsung bimbing dia untuk kembali ke tempat tidur, dimana dia langsung
mengambil posisi terlentang dan dengan demikian gue bisa langsung menindih dia
sambil gue cium bibirnya yang betul-betul menggoda iman......!! Sementara itu,
tangan gue sedang memegang penis gue untuk mengarahkannya ke lubang kenikmatan
milik Rena itu. Untuk mempermudah penetrasi penis gue itu, gue buka kedua paha
Rena dengan kedua paha gue sehingga posisi gue ini sekarang udah kayak gaya
kodok mau loncat. Untuk mempertemukan kepala penis gue dengan lubang vagina Rena
yang sudah basah sekali itu, gue nggak perlu ngeliat lagi kebawah, tapi cukup
dengan "petunjuk" dari kepala penis gue yang memiliki "jam terbang" yang tinggi
sehingga dengan mudah namun tetap perlahan-lahan masuk sambil melihat eskpresi
muka Rena yang sedang menggigit bibir bawahnya sambil memejamkan matanya. "Rena,
are you still a....?" gue nggak terusin pertanyaan gue karena sudah keburu
mendapat anggukan dari dia sambil tetap merem dan gigit bibir. Shit.....langsung
otak gue berpikir keras, karena harus menentukan gue terusin atau enggak
penetrasi gue ini. Kalau gue ikuti akal sehat gue, maka gue nggak boleh lanjutin
sebab gue harus menghargai virginity-nya karena harusnya dia berikan di malam
pertama dengan suami pilihannya tentunya..., tapi kalau gue ikuti nafsu gue,
maka gue harus betul- betul menghormati dia karena dengan gue dia mau ngasih
virginity-nya itu sekarang ini, padahal gue dengan dia rasanya belum bikin
komitmen apa-apa tentang hubungan kita berdua. What the fuck am I doing
now...why does she want to do it with me now...?? Is it because she likes me
alot and knows that I am a widower now.....??
"Ayo, Agus masukin aja sekarang....." katanya dengan nada setengah memohon
membuyarkan pikiran gue dan gue pikir "emangnya gue pikirin, fuck my
conciuousness...!!", dan langsung gue dorong lagi penis gue ke dalam vaginanya,
sehingga terdengar erangan setengah sakit dan setengah nikmat..
"Aouuuwww....sssssshhhhhhhhhhsssttttssss. ...." desisnya bikin gue bukannya jadi
kasihan, tapi malah tambah dalam gue dorong penis gue sampai seluruhnya masuk
kedalam vaginanya. Sesaat gue lihat ekspresi mukanya menegang, meskipun dalam
keadaan merem dan tetap menggigit bibirnya. Lalu gue stop total semua gerakan
yang barusan gue kerjain supaya dinding-dinding vaginanya dapat menyesuaikan
diri dengan penis gue sambil gue bisikin "Sakit.., ya..., gue diemin dulu ya
sekarang sambil elunya rileks dulu...". Dia setuju dengan ide gue itu dan
mengangguk. Untuk beberapa detik posisi gue berada diatas badannya Rena dengan
tidak melakukan suatu gerak apapun (kecuali bernapas..., itu pun terengah-
engah...!!!), sampai akhirnya dia menarik kepala gue dan didekatkan kemukanya
untuk mencium gue dan tentunya gue sambut pula ciumannya itu sekaligus dengan
mulai menggerak-gerakkan penis gue keluar masuk vaginannya secara perlahan-lahan
namun dalam. "Oooohhhh...iyaaa......ooohhhh...Reeennna aa......" desahan gue
menikmati betul setiap milimeter dari dinding-dinding vaginanya yang sekarang
ini sedang memijat-mijat batang penis gue setiap penis gue masuk jauh kedalam
vaginanya. Gue nggak tau apakah karena ini terjadi karena ketegangannya (maklum
baru pertama kali..) atau karena memang dia udah menjadi ahli dalam hal
menggerakkan otot perutnya sehingga dapat mengatur "jalannya permainan".... Tapi
yang jelas adalah bahwa gue betul betul menikmati vaginanya itu, apalagi setelah
mukanya mulai mengendur (tidak tegang seperti baru gue masukin tadi...) dia
mulai menikmati sodokan yang gue berikan pada vaginanya terbukti dengan
tangannya yang tadi hanya meremas-remas seprei, sekarang mulai berani memegang
pantat gue sambil membantu mendorongnya supaya penis gue betul-betul masuk semua
kedalam vaginanya itu. "Aaaahhhhh.....Agus......enak,...uuhhhhhh " katanya
memberi tanda bahwa dia sekarang sudah bisa menikmati gerakan- gerakan penis gue
didalam vaginanya, sehingga gue mempercepat tempo sodokan gue kedalam vaginanya
sehingga terdengar suara "plok...plok...plok...plok..." yang berasal dari
beradunya pangkal paha kita berdua seiring dengan gerakan gue memompa vagina
Rena yang terus bertambah basah karena gesekan tersebut.
Sekarang gue mengangkat kedua pahanya kedepan sehingga kedua lututnya mendekati
dadanya yang ikut bergetar kecil seiring dengan sodokan nikmat dari penis gue.
Hal ini gue lakukan untuk mempermudah penetrasi gue karena gerakan gue udah
mulai nggak beraturan, soalnya pinggang gue udah mulai pegel (hampir lima menit
gue mompa Rena...). "Ooohh...cepetin Gus.....gue udah mau klimaks nih...!!"
katanya meminta dan tentunya segera gue penuhi permintaannya itu dengan
mempercepat kembali tempo sodokan gue. "Ooohhh....iyaaa....yaaa.....c'monnn....f
uck me harder Agus....yesss...yesss" katanya sambil terus membantu pantat gue
bergerak lebih cepat, sementara gue lihat dia mendongakkan kepalanya ke arah
kepala tempat tidur "Arrhhhhhh....oohhh....ssshhhhhhh....yees ssss....I'm
coming.....aaauuwwww...!" teriaknya berbarengan dengan getaran hebat dari
seluruh tubuhnya itu sambil kedua tangannya mencengkram sekaligus mencakar
pantat gue, sementara gue manfaatkan kesempatan ini dengan gue pompa Rena
secepat mungkin tanpa menghiraukan pinggang gue yang kembali terasa pegel. Untuk
beberapa detik badannya masih bergetar hebat sewaktu tangannya pindah dari
pantat gue ke punggung gue dan langsung menarik gue untuk dia peluk erat-erat
"Oooooohhhhh.......ssshhhhhssssssss...... yyeeeeaaaaasss...uuhhhhh"
lengkingannya mengagetkan gue meskipun tidak sampai membangunkan seluruh
penghuni hotel sambil gue terus pompa vagina gadis yang bernama Renata
itu.....!!!! "Suka nggak barusan....??" tanya gue sambil tanpa hentinya
mengeluar-masukkan penis gue ke dalam vaginanya itu. Terus dia bilang sambil
tetap memeluk gue erat "Uuuhhhhh....gue suka banget, sayang.....". What......,
she called me "sayang", and if I'm not mistaken, this is really her first time
calling me with that name.........perasaan gue langsung berbunga-bunga
(mudah-mudahan gue nggak kegeeran...!!!). Mendengar dia memanggil gue dengan
kata-kata itu, langsung gue tersenyum dan langsung mengulum bibirnya yang
sensual itu (gue nggak inget udah berapa kali gue bilang itu...) sambil terus
memberikan dia kenikmatan dalam setiap gesekan penis gue dengan dinding
vaginanya yang terus berdenyut memijat penis gue. Sementara keringat gue dan dia
udah mulai bercampur khususnya di bagian-bagian yang menempel dengan ketat.
Tiba-tiba gue punya akal untuk mengistirahatkan pinggang gue karena sampai
sekarang gue masih jauh dari ngerasa mau klimaks. Gue cabut penis gue dari
vaginanya dan gue langsung ajak dia untuk bangun dari tempat tidur dan mengajak
dia ke sofa tadi. Gue bimbing posisi dia di sofa itu seperti doggy style
sehingga kedua lututnya berada dipinggir sofa dan kedua sikutnya bersandar pada
sandara kepala/punggung sofa tersebut sehingga dengan posisi seperti ini dia
dapat melihat pemandangan sebagian kota Singapore diwaktu malam (waktu itu
hampir jam 11 malam waktu lokal). Lalu dia kaget waktu gue buka horden tebal dan
tipis yang membatasi pemandangan diluar dilihat dari dalam kamar. "Heh,.....mau
ngapain elu Gus....eh gila elu...elu mau kita dilihat orang....?" tanyanya
setengah nggak percaya dengan kelakuan gue yang aneh itu. Namun Rena sama sekali
tidak bergeser dari tempatnya sewaktu gue berjalan kebelakangnya, malahan dia
menertawakan penis gue yang masih tegak dan kelihatan mengkilat karena cairan
vaginanya bergoyang-goyang sewaktu gue berjalan menghampirinya. Lalu gue tempel
lutut gue ke pinggir sofa dengan mengarahkan penis gue sedikit ke vaginanya gue
lihat pantatnya yang bulat- bulat dan kencang ini benar-benar bikin darah gue
mengalir dengan cepat sekali, sehingga dengan tanpa terkontrol dan cepat sekali
gue masukin penis gue sekaligus sampai seluruh batangnya terbenam didalam
vaginanya. "Aaauuuwwwww.....nafsu bener lu....!!" katanya sambil meringis
menahan sakit yang kemudian hilang sama sekali dan berganti dengan rasa nikmat
yang tiada tara pada setiap pergesekan antara penis gue dan vaginanya.
Sebetulnya hal inipun gue rasakan juga betapa nikmatnya lubang senggamanya Rena
sehingga gue benar-benar lupa kalau pinggang gue tadi sempat pegel, namun
sekarang kembali dalam keadaan fit, sehingga dengan leluasa gue menyodok-nyodok
vaginanya dari belakang. Kayaknya dorongan gue dalam posisi seperti ini jauh
lebih keras dari dorongan gue waktu gue diatas dia tadi dan yang jelas sampai
sekarang gue belum merasa ada tanda-tanda mau klimaks. Tangan gue sesekali
berusaha menggapai payudaranya yang menggantung sambil meremas-remas serta
memainkan putingnya. "Ohhh.....Aguuussss.....gue suka..........." lirihnya
sambil menikmati gerakan tangan dan jari gue bertualang di payudaranya.
Sementara itu gue ngerasa ada sesuatu yang mengenai bola-bola gue yang ternyata
hal itu adalah tangannya yang secara perlahan meremas-remas bola-bola gue.
"Aaaahhhh...Rena.....tangan elu nakal....." kata gue meskipun sebetulnya
menikmati betul remasan-remasan tangannya.
"Ooohhh...sengaja....biar..cepet..keluaaa rr...elunya..." katanya terputus-putus
karena sedang di sodok dengan cepat dan keras oleh gue. Sementara tangan gue
kembali ke posisi awal, yaitu di dipingganngnya sambil membantu menggerak-
gerakkan pinggangnya sesuai dengan gerakan penis gue keluar masuk vaginanya.
Sementara gue juga nggak mau kalah dengan Rena, langsung tangan kanan gue
menjangkau clitorisnya melalui sebelah kanan pinggangnya. Begitu ujung jari
tengah kanan gue menyentuh clitorisnya itu, langsung gue gosok-gosok dan gue
ucek-ucek sambil penis gue tetap melakukan penetrasi terhadap vaginanya.
Ternyata usaha gue itu tidak sia-sia, karena sekarang ini dia kembali mendesah
dan desahannya itu makin lama makin keras. "Ooooohhhh.....elu pinter banget
sssiiiihhhhhh......." katanya pertanda dia menyukai aktifitas jari dan penis gue
secara berbarengan ngerjain vaginanya yang basah banget. Kedua tangannya
sekarang sudah ditempelkan ke kaca jendela, begitu juga dengan kepalanya yang
sejak mulai dengan posisi doggy style ini udah geleng-geleng kekiri- kekanan
seperti orang lagi tripping dan gue sempat perhatiin butir-butir keringatnya
mulai kelihatan di beberapa bagian tubuhnya, terutama di sekitar pantatnya yang
terus bergetar seiring dengan sodokan gue....plok...plok...plok...bunyi pangkal
paha gue beradu dengan pantatnya yang sexy itu. Mendengar bunyi itu gue semakin
lama semakin bertambah nafsu sehingga berusaha mempercepat gerakan gue namun
terhambat karena tangan gue masih mengucek-ngucek clitorisnya dengan maksud
supaya dia bisa orgasme lagi sebelum gue. Akhirnya gue putusin untuk meneruskan
permainan jari gue sehingga dia betul- betul puas make love dengan gue, dan itu
bikin kepuasan tersendiri buat gue.
Setelah kurang lebih lima menit berlalu "Ooohhhh.....Aguusss.....gue.... bentar
lagggiiiii......aaahhhhhh......oouuuww... ..oouuuww....." rintihannya membuat
gue mempercepat gosokan gue terhadap clitorisnya sambil juga mempercepat gerakan
penis gue memompa vaginanya. Hal ini biki dia tambah mendekati titik puncak
kenikmatannya "Aaaaaaahhhhhhh.....I'm coming.....I'm
coming....yeeesssssss....aaaaaaahhhhhhhhh ......!!!!!" teriaknya disusul dengan
getaran hebat dari seluruh badannya berbarengan dengan pijatan-pijatan yang kuat
dari dinding vaginanya terhadap penis gue. Gileee, guepun udah nggak kuat nahan
sperma gue untuk tidak keluar sampai Rena mencapai klimaks berikutnya. Sekarang
ini gue hanya bisa bertahan karena gue masih berusaha mengkoordinasikan gerakan
tangan dan dorongan penis gue karena sekarang ini jadi kacau karena getaran
hebat dari badannya Rena. Kembali untuk beberapa detik gue ngerasain badannya
melemah setelah Rena mengalami orgasme yang ke tiga untuk malam ini dan pasrah
dengan hantaman dan sodokan penis gue di dalam vaginanya.
"Aaaahhhh...gila lu...., ayo...sekarang gue mau....giliran elu.....!!" katanya
terputus-putus karena hentakan dari badan gue yang semakin lama semakin cepat
dan keras karena tangan kanan gue udah kembali memegang pingangnya sambil gue
mengembalikan konsentrasi gue ke penis gue yang terus menerus merasakan pijatan-
pijatan dari dinding vaginanya. "Ooooohhhhhh....Reeennnaaaaaa.......gue mau
keluaaarrrrr......aaahhhhhhhh.....!!" gue kasih tau dia kalau gue sekarang ini
udah mulai merasakan sesuatu yang menggelitik lubang penis gue untuk
dimuntahkan. "Iiiiyyyaaaaaa.....keluarin di mulut....gue ajaaaaa.....!!" katanya
sambil berusaha untuk membalikkan badannya. Gue langsung cabut penis gue dari
vaginanya sementara dengan gerakan cepat Rena berbalik badan sehingga sekarang
ini dia dalam posisi duduk di sofa dengan mukanya persis dihadapan penis gue
yang sebentar lagi siap memuntahkan air maninya. "Aaaaaaahhhhhhh.........!!!!"
teriak gue berbarengan dengan Rena yang telah membuka mulutnya lebar-lebar
sambil mejulurkan lidahnya guna menampung semprotan air mani gue yang menyemprot
deras kedalam mulutnya sementara kedua tangannya mengocok-ngocok penis gue yang
mengkilat dan licin oleh cairan vaginanya sehingga kocokan tangannya terasa
lebih nikmat buat gue karena telah diberi "pelumas". Crooooottt.......
crrroooottttt.......cccrrrooooooooootttt. ...., banyak sekali cairan kental
berwarna putih susu itu yang masuk kedalam mulutnya, sementara beberapa cairan
itu yang menetes dari lubang penis gue tidak sempat jatuh ke lantai karena telah
tertampung oleh lidahnya yang menjulur itu. Gue sempat lihat ekspresinya sewaktu
menelan air mani gue yang sebagian besar berada di ujung lidah sebelah dalamnya
sehingga otomatis lebih mudah tertelan begitu dia menelan air liurnya sendiri.
Terus terang gue terangsang banget dengan ekspresinya itu, karena kayaknya gue
cuma ngeliat ekspresi muka seperti itu cuma dalam BF.
Setelah itu dengan lahapnya dia menjilati penis gue membersihkan sisa-sisa air
mani yang mungkin belum keluar sambil batang penis gue dikocok-kocok terus.
Untuk beberapa detik jantung gue berdetak 1000 kali permenit melihat dan
merasakan dia melakukan pembersihan itu....